SawoKecik turut disebut sebut di bisnis-jabar.com ... hehe ... senang ...
http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/craftypreneur-bisnis-para-crafter-indonesia-yang-semakin-menggeliat
CRAFTYPRENEUR: Bisnis para crafter Indonesia yang semakin menggeliat
Anda
mungkin masih asing dengan nama-nama seperti Cemprut, Sawo Kecik, Ideku
Handmade, Sew Stories, Nest of Ojanto, atau Vitarlenology.
Jika
Anda mengaku pecinta produk Indonesia, Anda harus mulai berkenalan
dengan mereka. Itulah nama produk yang dihasilkan para crafter
Indonesia. Anda bisa melihat karya-karya mereka di blognya
masing-masing, dan Anda bisa melihat bahwa crafter Indonesia memiliki
kreativitas yang sangat tinggi.
Di
Indonesia, istilah crafter mungkin belum terlalu familiar. Karena tren
membuat ataupun membeli barang-barang handmade juga belum populer.
Crafter adalah seseorang yang memiliki ide unik, brilian, yang kemudian
dituangkan ke dalam media apapun sehingga menghasilkan suatu bentuk
kerajinan tangan. Bidangnya bisa berbagai macam dan tidak terbatas, bisa
dengan menjahit, merajut, menyulam, membuat keramik, sampai membuat
notebook. Yang penting, semua dikerjakan sendiri.
“Mulai
dari konsep, desain, sampai keahlian teknis, seorang crafter punya
semua. Sehingga ia bisa memproduksi suatu barang yang merupakan hasil
pemikiran juga hasil karyanya sendiri,” tutur Tarlen Handayani, salah
satu crafter di Bandung.
Tarlen,
yang memiliki brand notebook handmade “Vitarlenology” ini memang sejak
lama menggeluti bidang kerajinan tangan. Menurutnya, menghasilkan dan
menjual suatu karya handmade sangat berbeda kesannya dengan berbisnis
produk lain yang bukan buatan sendiri. Para crafter yang membangun usaha
dengan craft sebagai komunitasnya inilah yang disebut dengan
craftypreneur.
“Memang
kita berwirausaha, namun pendekatan bisnisnya akan sangat berbeda
dengan mereka yang menjadikan kerajinan tangan sebagai industri,” tutur
Tarlen.
Dalam
industri yang berbasis kerajinan tangan, produknya akan didesain,
dikerjakan, dipromosikan, dan dijual oleh orang yang berbeda-beda,
sesuai bagiannya. Produknya pun akan diproduksi secara massal, bahkan
hingga diekspor. Besarnya keuntungan atau omset yang didapat pun menjadi
tolak ukur kesuksesan bisnis tersebut. Berbeda halnya dengan para
crafter.
Meski sebutannya crafter, mereka bukan sekadar pengrajin. Lebih dari itu, yang mereka hasilkan lebih berupa sebuah karya seni.
“Crafter
itu seperti empu, dia yang punya konsep, dia yang mendesain, dia yang
mengerti filosofi karya buatannya. Kemudian dia juga mengerjakan
semuanya sendiri sampai karya tersebut selesai, sehingga ada karakter
tersendiri dari si pembuat yang menjadikan produk tersebut unik dan
berbeda,” Tarlen menjelaskan.
Sehingga
tak heran jika harga produk para crafter agak lebih mahal daripada
produk kerajinan tangan yang dihasilkan oleh industri massal. Sebuah
syal yang di pasar dijual seharga Rp30.000, oleh para crafter mungkin
akan dijual seharga Rp100.000. Wah, berbeda jauh ya? Karena memang untuk
menyelesaikan suatu produk atau karya membutuhkan kerja keras, banyak
pengorbanan waktu dan tenaga. Kebanyakan crafter memiliki blog pribadi,
di mana mereka akan akan menceritakan proses pembuatan karya tangan
mereka.
“Ini
juga sebagai bentuk edukasi, agar kita lebih menghargai kerja keras
seseorang. Bahwa untuk menghasilkan produk terbaik itu tidak mudah,”
kata Tarlen.
Bagaimana,
Anda tertarik untuk membeli produk karya para crafter Indonesia? Mulai
dari rajutan, kreasi kain felt, buku catatan, hingga keramik? Jika
tertarik, Anda bisa datang ke Tobucil di Jalan Aceh, Bandung untuk
melihat beberapa produk crafter Indonesia yang dijual di sana.(yri)
Foto: berbagai produk handmade karya para crafter
Image source: http://tobucilhandmade.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment